Oleh asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah
Soal Kelima:
Di zaman ini kami mendapatkan adanya kerenggangan yang terjadi di antara para ulama, para penuntut ilmu dan masyarakat umum. Dan kerenggangan ini termasuk sebuah musibah. Menurut Anda, apa jalan keluar untuk permasalahan ini?
Jawaban:
Kerenggangan terjadi karena menyimpangnya seorang penuntut ilmu, atau menyimpangnya seseorang yang dianggap berilmu. Apabila seorang penuntut ilmu bertabiat jelek, menampakkan perbuatan-perbuatan maksiat, gegabah dalam memutuskan permasalahan, dan mempunyai sikap yang keras maka para ulama dan orang-orang yang baik akan membencinya. Sehingga mereka tidak akan merasa senang dengan kegiatan orang itu dalam mencari ilmu.
Begitu juga seorang ulama yang fasiq, berpaling dari kebenaran, maka murid-muridnya yang baik akan membencinya. Begitu pula orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berdakwah kepada kebaikan dan menginginkan pahala akan membencinya, sehingga terjadilah kerenggangan di antara mereka.
Adapun para ulama dan murid-murid mereka yang shalih, maka tidak akan terjadi kerenggangan di antara mereka selama-lamanya. Bahkan akan terjadi saling tolong-menolong yang benar di antara mereka pada semua perkara yang baik.
Akan tetapi, kerenggangan akan terjadi di antara orang yang berpaling dari ilmu lalu dia mengaku bahwa dirinya berilmu, padahal dia bersama orang-orang yang fasiq, para perokok, peminum khamr dan bersama orang-orang yang berpaling dari kebaikan atau yang semisal dengan mereka… Maka, siapa yang akan menyukai hal ini!? Dan siapa yang akan mau mengambil ilmu darinya sedangkan akhlaknya seperti ini?! Oleh karena itu, dia membutuhkan dakwah, nasehat, perhatian dan kesabaran sehingga dia kembali kepada jalan yang lurus.
Kerenggangan tersebut justru datang dari orang itu, karena perkataan dan perbuatannya yang jauh dari bimbingan para ulama dan jauh dari perjalanan hidup mereka yang terpuji.
Seorang yang berilmu yang tidak menyertakan ilmunya dengan taqwa dan perjalanan hidup yang yang baik, bahkan dia bersama-sama para pembual, penyembah kubur, pecandu khamr dan bersama dengan orang-orang yang semisal mereka, maka dia bukanlah orang yang berilmu. Dia tidak berhak mendapatkan penghormatan, bahkan pantas untuk dijauhi oleh orang-orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat dan para penuntut ilmu yang baik, sampai dia kembali kepada kebenaran.
Tidaklah diragukan lagi bahwa para penuntut ilmu akan membencinya. Sungguh mereka tidak akan merasa gembira ketika dekat dengannya disebabkan perjalanan hidupnya yang buruk.
Bahkan kerenggangan yang terjadi di antara mereka justru akan membuat mereka gembira. Sebab, tidak ada manfaat yang bisa diambil darinya dan karena pengaruh negatifnya terhadap masyarakat serta para penuntut ilmu. Sehingga dia perlu untuk didakwahi kepada jalan Allah subhanahu wata’ala dan dinasehati, agar ilmunya memberi manfaat kepadanya dan kepada manusia.
Oleh karena itu kita semua wajib untuk tolong-menolong dengan jujur dan ikhlas dalam kebaikan dan taqwa, istiqamah di atas perintah Allah, bersemangat terhadap segala sesuatu yang akan menjauhkan dari permusuhan dan segala hal yang akan menyempitkan kerenggangan di antara mereka. Semua itu dapat direalisasikan dengan landasan ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih, perjalanan hidup yang baik serta bersabar dalam melakukannya.
(Sumber: http://ulamasunnah.wordpress.com dinukil dari kitab Mas’uuliyati Thaalib al-Ilm karya Syaikh bin Baaz, edisi Indonesia Ada Tanggung Jawab di Pundakmu, penerjemah: Abu Luqman Abdullah, penerbit Al Husna, Jogjakarta)