DOAKAN TUAN RUMAH JIKA DIUNDANG MAKAN OLEHNYA…

makanبسم الله الرحمن الرحيم

DOA TAMU KEPADA TUAN RUMAH YANG MENGHIDANGKAN MAKANAN

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ وَ اغْفِرْ لَهُمْ وَ ارْحَمْهُمْ

Alloohumma baarik lahum fiimaa rozaqtahum wagh-fir lahum warhamhum

‘Ya Allah, berilah berkah terhadap apa yang telah Engkau rizkikan kepada mereka, ampuni dan rahmatilah mereka’.

Dari Abdullah  bin Busr radliyallahu anhu, Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah singgah ke (rumah) ayahku. Lalu kami hidangkan untuk Beliau makanan dan wathbah (jenis makanan yang terbuat dari bahan kurma, tepung dan minyak samin/ susu). Kemudian Beliau makan sebahagiannya. Lalu dihidangkan pula buah kurma, maka Beliaupun memakannya dan meletakkan biji-bijinya diantara dua jarinya yaitu Beliau menghimpun antara jari telunjuk dan tengah. Kemudian didatangkan minuman lalu Beliau minum dan menyerahkannya kepada orang yang di sebelah kanannya. Berkata (Abdullah bin Busr), berkata ayahku dalam keadaan mengambilkan tali kekang kendaraannya, “(Wahai Rosulullah), berdoalah kepada Allah untuk kami!”. Lalu Beliau berdoa,

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ وَ اغْفِرْ لَهُمْ وَ ارْحَمْهُمْ

‘Ya Allah, berilah berkah terhadap apa yang telah Engkau rizkikan kepada mereka, ampuni dan rahmatilah mereka’. [HR Muslim 2042, Abu Dawud: 3729, at-Turmudziy: 3576. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih]. [1]

Ringkasnya jika kita datang bertamu kepada seorang hamba muslim atau diundang olehnya. Lalu ia menghidangkan makanan dan minuman untuk kita, setelah kita bersantap hendaknya kita mendoakannya dengan doa yang diajarkan oleh Rosulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sebagai panutan kita. Di antara doanya adalah doa yang telah disebutkan di atas, selain mengucapkan Jazaakalloh khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan).


[1] Mukhtashor Shahih Muslim, 1316, Shahih Sunan Abu Dawud: 3172, Shahih Sunan at-Turmudziy: 2830, al-Kalim ath-Thayyib: 192 dan Nail al-Awthar bi takhrij Ahadits kitab al-Adz-kar: I/ 437, hadits nomor 661.

DOAKAN ORANG YANG MENTRAKTIRMU MAKAN…

restoran2بسم الله الرحمن الرحيم

DOA UNTUK ORANG YANG MEMBERI MAKAN DAN MINUM

اَللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنىِ وَ اسْقِ مَنْ سَقَانىِ

Alloohumma ath-‘im man ath-‘amanii was-qi man saqoonii

‘Ya Allah berilah makanan kepada orang yang telah memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minum kepadaku’.

Dari al-Miqdad radliyallahu anhu –di dalam haditsnya yang panjang lagi masyhur- berkata, Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menengadahkan kepalanya ke langit dan berdoa,

اَللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنىِ وَ اسْقِ مَنْ سَقَانىِ

‘Ya Allah berilah makanan kepada orang yang telah memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minum kepadaku’. [HR Muslim 2055 (174) dan Ahmad: VI/ 2, 3, 4-5. Dan hadits ini dishahihkan oleh asy-Syaikh al-Albaniy]. [1]

Maksudnya, jika kita diajak (ditraktir) makan di suatu tempat makan, di rumahnya atau di tempat selainnya. Hendaknya setelah selesai bersantap, kita mendoakan orang tersebut dengan doa yang telah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa salam di atas, selain dari mengucapkan jazaakalloh khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan). Sebab di dalam Islam, sesama muslim sangat dianjurkan untuk saling mendoakan kebaikan di antara mereka.


[1] Mukhtashor Shahih Muslim: 1535 dan Nail al-Awthar bi takhrij Ahadits kitab al-Adz-kar: I/ 437, hadits nomor 665.

SUDAHKAH ANDA BERDOA SETELAH MAKAN ??

piring kotorبسم الله الرحمن الرحيم

DOA SETELAH MAKAN

 1). Dari Mu’adz bin Anas, bahwasanya Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memakan makanan lalu ia mengucapkan,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنىِ هَذَا وَ رَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِّنىِّ وَ لاَ قُوَّةٍ

Alhamdulillahilladzii ath-‘amanii haadza wa rozaqoniihi min ghoiri haulin minnii wa laa quwwah.

‘Segala puji bagi Allah yang telah memberi makanan ini kepadaku dan memberikan rizki dari-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku’.

Maka akan diampuni baginya dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian”. [HR Abu Dawud: 4023, at-Turmudziy: 3458, Ibnu Majah: 3285, Ahmad: III/ 439, Ibnu as-Sunniy dan al-Hakim. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Hasan]. [1]

Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy: Hasan, insyaa Allah. [2]

2). Dari Abu Umamah berkata, Adalah Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam apabila hidangannya telah diangkat (telah selesai makan), Beliau berucap,

اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَ لاَ مُوَدَّعٍ وَ لاَ مُسْتَغْنىً عَنْهُ رَبَّنَا

Alhamdulillahi hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi ghoiro makfiyyin wa laa muwadda’in wa laa mustagh-nan ‘anhu rabbanaa.

‘Segala puji bagi Allah (aku memujinya) dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah, yang senantiasa dibutuhkan, diperlukan dan tidak dapat ditinggalkan wahai Rabb kami’. [HR al-Bukhoriy: 5458, Abu Dawud: 3849, Ibnu Majah: 3284, Ahmad: V/ 252, 256 dan at-Turmudziy: 3456. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy:  Shahih]. [3]

Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy: Shahih. [4]

3). Dari Abdurrahman bin Jubair at-Tabi’iy, ia bercerita bahwasanya seseorang yang pernah melayani Nabi Shallallahu alaihi wa sallam selama 8 tahun pernah bercerita kepadanya. Bahwasanya ia pernah mendengar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, apabila selesai dari makannya, Beliau mengucapkan,

      اَللَّهُمَّ أَطْعَمْتَ وَ سَقَيْتَ وَ أَغْنَيْـتَ وَ أَقْنَيْتَ وَ هَدَيْتَ وَ أَحْيَيْتَ فَلَكَ اْلحَمْدُ عَلَى مَا أَعْطَيْتَ

      Alloohumma ath’amta wa saqoyta wa aghnayta wa aqnayta wa hadayta wa ahyayta falakal hamdu ‘alaa maa a’thoyta.

“Ya Allah, Engkau telah memberi makan, minum, harta, kecukupan, hidayah dan kehidupan. Maka untuk-Mulah segala puji-pujian atas semua yang Engkau telah berikan”. [HR Ahmad: IV/ 62, V/ 375, Ibnu as-Sunniy dan Abu asy-Syaikh di dalam ‘Akhlak Nabi Shallallahu alaihi wa salam. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih]. [5]

Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy: Shahih. [6]

Adapun hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudriy radliyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam apabila selesai dari makannya, Beliau mengucapkan,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنَا وَ سَقَاَنا وَ جَعَلَنَا مُسْلِمِيْنَ

           ‘Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makan dan minum kepada kami dan telah menjadikan kami sebagai kaum muslimin’. [HR Abu Dawud: 3850, at-Turmudiy: 3457, Ibnu Majah: 3283, Ahmad: III/ 32, 98, an-Nasa’iy di dalam ‘Amal al-Yaum wa al-Lail, ath-Thabraniy dan Ibnu Abi Syaibah. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Dla’if]. [7]

Berkata  asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy: Dla’if (lemah). [8]

Karena derajatnya adalah lemah, maka hadits tersebut di atas tidak dapat dijadikan hujjah dalam agama. Diharapkan kepada kita sebagai umat Islam untuk selalu mengamalkan atau mengucapkan doa-doa yang jelas-jelas dari Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dan menjauhkan serta tidak mengucapkan doa yang bukan dari Beliau. Hal tersebut dengan cara memperhatikan dengan seksama dan teliti akan keabsahan hadits yang sampai kepada kita. Jika hadits tersebut jelas shahih sesuai dengan standar keilmuan hadits maka boleh dan dianjurkan kita berhujjah dengannya dan mengamalkan hadits tersebut. Namun jika jelas tidak shahih, apakah dla’if atau bahkan maudlu’ (palsu) maka hendaknya kita menjauhkannya dari berhujjah dengannya apalagi mengamalkannya.

Sekarang ini, kaum muslimin lebih mudah di dalam melihat hadits-hadits shahih atau tidaknya. Karena banyak para ulama hadits yang telah bekerja keras dan sungguh-sungguh di dalam menyeleksi hadits-hadits yang jumlahnya banyak sekali. Mereka memisahkan antara hadits shahih dari yang tidak dan mengumpulkannya dalam kitab-kitab mereka. Atau mereka membedah berbagai kitab lalu menta’liq (mengomentari) hadits-hadits rujukan kitab tersebut dengan cara yang sangat ilmiah. Di antara para ulama yang mendedikasikan hidupnya untuk menjaga dan memuliakan sunnah-sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam adalah; asy-Syaikh al-Albaniy, asy-Syaikh Utsaimin, asy-Syaikh Bin Baz, para murid mereka rahimahumullah dan selain mereka.

Namun ada juga di antara umat ini, yang membenci dan memusuhi para ulama tersebut dengan hawa nafsu. Hal tersebut dikarenakan sifat dengki dan benci yang menyelimuti hati mereka. Mereka dengki kepada para ulama tersebut lantaran mereka tidak mampu menghafal ayat-ayat alqur’an dan hadits-hadits dalam jumlah yang banyak sebagaimana halnya para ulama tersebut. Mereka benci kepada para ulama karena mereka sulit memahami ayat dan hadits dengan baik sebagaimana para ulama dapat memahaminya dengan cepat dan tepat. Maka jadilah mereka orang yang selalu diselimuti oleh kebobrokan dan kebusukan hati sampai kematian menjemput mereka.

Sebagai umat, jika kita sakit kemanakah kita hendak berobat?. Atau kemanakah jika ingin mengetahui kondisi kita, penyakit apa yang menimpa kita?. Jawabannya pasti dokter yang khusus menangani sakit kita. Jika kendaraan kita mogok atau rusak kemanakah hendak kita perbaiki?. Jawabannya pasti ke bengkel atau montir yang ahli dalam bidangnya. Begitu seterusnya, kita pasti akan mempercayakan kepada orang-orang yang ahli dalam bidangnya.

Jika demikian, kemanakah seharusnya kita datang dan bertanya tentang sesuatu dari perkara agama?. Kemanakah semestinya kita mengecek keabsahan suatu hadits, apakah shahih atau tidak?. Semoga semua kaum muslimin dapat menjawabnya dan memahaminya.

Wallahu wa Rosuluhu a’lam.


[1] Shahih Sunan Abu Dawud: 3394, Shahih Sunan Ibnu Majah: 2656, Shahih Sunan at-Turmudziy: 2751, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 6086, al-Kalim ath-Thayyib dengan tahqiq asy-Syaikh al-Albaniy: 182 dan Irwa’ al-Ghalil: 1989.

[2] Nail al-Awthar bi takhrij ahadits kitab al-Adzkar: 656 (I/528).

[3] Shahih Sunan Abu Dawud: 3260, Shahih Sunan Ibnu Majah: 2655, Shahih Sunan at-Turmudziy: 2750, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 4731, al-Kalim ath-Thayyib dengan tahqiq asy-Syaikh al-Albaniy: 191 dan Mukhtashor Syama’il al-Muhammadiyah: 164.

[4] Nail al-Awthar bi takhrij ahadits kitab al-Adzkar: 652 (I/525).

[5] Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 4768, al-Kalim ath-Thayyib: 190 dan Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 71.

[6] Nail al-Awthar bi takhrij ahadits kitab al-Adzkar: 657 (I/528-529).

[7] Dla’if Sunan Abu Dawud: 829, Dla’if Sunan at-Turmudziy: 681, Dla’if Sunan Ibnu Majah: 709, Misykah al-Mashobih: 4204, Mukhtashor Syama’il al-Muhammadiyyah: 163, al-Kalim ath-Thayyib: 189 dan Dla’if al-Jami’ ash-Shahih: 4436.

[8] Nail al-Awthar bi takhrij ahadits kitab al-Adzkar: 654 (I/527).

SUDAHKAH ANDA BERDOA SEBELUM MAKAN ??

بسم الله الرحمن الرحيم

DOA SEBELUM MAKAN

بِسْمِ اللهِmakanan 2

Bismillah.

“Dengan nama Allah (aku makan)”.

Lalu jika lupa membaca tasmiyah (ucapan bismillah) di awalnya, ketika ingat hendaknya mengucapkan,

بِسْمِ اللهِ فِىِ أَوِّلِهِ وَ آخِرِهِ

Bismillah fi awwalihi wa aakhirihi.

“Dengan nama Allah di awal dan akhirnya”.

Atau,

بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَ آخِرَهُ

Bismillah awwalahu wa aakhirohu.

“Dengan nama Allah di awal dan akhirnya”.

DALIL-DALIL TENTANG MENGUCAPKAN BISMILLAH

1). Dari Aisyah berkata, Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam memakan makanan bersama enam orang shahabatnya. Tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui, lalu makan dua suapan. Maka Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

            أَمَّا أَنَّهُ لَوْ كَانَ قَالَ: بِسْمِ اللهِ لَكَفَاكُمْ فَإِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللهِ فَإِنْ نَسِيَ أَنْ يَقُوْلَ بِسْمِ اللهِ فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللهِ فِىِ أَوِّلِهِ وَ آخِرِهِ

“Seandainya ia mengucapkan ‘Bismillah’ niscaya akan mencukupi kalian. Maka apabila seseorang diantara kalian hendak makan, hendaklah ia mengucapkan ‘Bismillah’. Jika ia lupa mengucapkan ‘Bismillah’ di awalnya maka hendaklah ia mengucapkan  ‘Bismillah fi awwalihi wa aakhirihi’ (dengan nama Allah di awal dan akhirnya). [HR Ibnu Majah: 3264 dan at-Turmudziy: 1859. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih]. [1]

2). Dari Aisyah bahwasanya Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللهِ تعالى فَإِنْ نَسِيَ أَنْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ تعالى فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَ آخِرَهُ

 “Apabila seseorang diantara kalian hendak makan hendaklah ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa menyebut nama Allah ta’ala di awalnya maka hendaklah ia mengucapkan “Bismillah awwalahu wa aakhirahu” (dengan nama Allah di awal dan akhirnya). [HR Abu Dawud: 3767, at-Turmudziy: 1858 dan Ahmad: VI/ 143. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih]. [2]

3). Dari Umar bin Abi Salamah, bahwasanya ia pernah masuk menemui Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan di sisinya ada makanan. Beliau bersabda,

ادْنُ يَا بُنَيَّ فَسَمِّ اللهَ وَ كُلْ بِيَمِيْنِكَ وَ كُلْ مِمَّا يَلِيْكَ

“Wahai anakku mendekatlah (kemari)!, ucapkanlah tasmiyah (mengucapkan bismillah), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah yang ada di dekatmu!”. [HR al-Bukhoriy: 5376, Muslim: 2022, Abu Dawud: 3777, Ibnu Majah: 3267, at-Turmudziy: 1858, Ahmad: IV/ 26, 27 dan ad-Darimiy: II/ 100. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih].[3]

4). Dari Jabir radliyallahu anhu berkata, aku pernah mendengar Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللهَ تعالى عِنْدَ دُخُوْلِهِ وَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيْتَ لَكُمْ وَ لَا عَشَاءَ وَ إِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ تعالى عِنْدَ دُخُوْلِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ اْلمـَبِيْتَ وَ إِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ تعالى عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ: أَدْرَكْتُمُ اْلـمَبِيْتَ وَ اْلعَشَاءَ

“Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu ia menyebut (nama) Allah ta’ala ketika memasukinya dan ketika makan. Setan berkata (kepada kawan-kawannya), ‘tidak aa tempat bermalam dan makan buat kalian’. Apabila ia tidak menyebut (nama) Allah ta’ala ketika memasukinya, setan berkata ‘kalian telah mendapatkan tempat bermalam’. Dan apabila ia tidak menyebut (nama) Allah ta’ala ketika makan, setan berkata ‘kalian mendapatkan tempat bermalam dan juga makanan’”. [HR Muslim: 2018, Abu Dawud: 3765, dan Ahmad: III/ 346, 383. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih]. [4]

5). Dari Anas bin Malik (dalam hadits yang panjang) tentang mukjijat Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ketika Beliau diundang oleh Abu Thalhah dan Ummu Sulaim radliyallahu anhuma untuk menyantap makanan. Berkata (Anas), Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Idzinkan  sepuluh orang (untuk ikut makan bersamaku)!”. Maka Iapun mengidzinkan mereka. Lalu merekapun masuk. Beliau bersabda,

كُلُوْا وَ سَمُّوْا اللهَ

“Makanlah dan ucapkanlah tasmiyah!”. Lalu mereka makan sehingga ada 80 orang berbuat seperti itu. Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan tuan rumah makan setelah itu dan masih meninggalkan sisa makanan. [HR Muslim: 2040 (143)].

6). Dari Abdurrahman bin Jubair at-Tabi’iy, ia bercerita bahwasanya seseorang yang pernah melayani Nabi Shallallahu alaihi wa sallam selama 8 tahun pernah bercerita kepadanya. Bahwasanya ia pernah mendengar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam apabila dihidangkan makanan kepadanya, beliau mengucapkan, ‘Bismillah’. [HR Ahmad: IV/ 62, V/ 375, Ibnu as-Sunniy dan Abu asy-Syaikh di dalam ‘Akhlak Nabi Shallallahu alaihi wa salam. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih]. [5]

Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy: Shahih. [6]

Dalil-dalil hadits di atas dengan jelas menceritakan tentang keadaan Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang sedang mendidik umatnya dengan ajaran-ajaran yang benar dan selalu membawa kepada kebaikan dunia dan akhirat.

Di antara apa yang pernah Beliau ajarkan kepada umatnya adalah tentang adab makan. Di antaranya adalah tentang diperintahkannya mengucapkan doa ketika hendak makan dan doa ketika lupa membaca doa diawalnya.

Doa yang diajarkan ketika hendak makan adalah mengucapkan tasmiyah yaitu ucapan ‘bismillah’ bukan bismillahir rohmanir rohim sebagaimana yang banyak dikerjakan oleh kaum muslimin sekarang ini. Bahkan sebahagian para ulama telah membid’ahkan ucapan tersebut lantaran ketiadaan dalil tentang ucapan tersebut meskipun bagi sebahagian mereka beranggapan bahwa ucapan tersebut lebih baik dan lebih sempurna. Namun syariat selalu berpijak kepada dalil-dalil sharih (jelas) dan shahih bukan dengan dasar persangkaan, logika, hawa nafsu atau kebiasaan yang dikerjakan oleh mayoritas manusia.

Hal ini telah dijelaskan oleh asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy hafizhohullah di dalam fiq-h al-hadits,

1). Merupakan sunnah mengucapkan tasmiyah yaitu lafazh ‘bismillah’ (ketika hendak makan). Tidak ada hujjah (dalil) bagi orang yang mengucapkan ‘bismillahir rohmanir rohim’. Bahkan sebahagian ahli ilmu menyatakan akan kebid’ahannya.

2). Al-Imam al-Ghozaliy menyangka bahwa ucapan tasmiyah itu diucapkan setiap suapan, dan pernyataan ini adalah batil. Karena ucapan tasmiyah itu adanya di awal makanan dan tidak diulang-ulang.

3). Ucapan tasmiyah itu dapat menghasilkan berkah dan mencegah setan untuk ikut serta di dalam (menyantap) makanan.

4). Manusia itu adalah makhluk yang banyak lupanya. Maka barangsiapa yang tidak mengucapkan tasmiyah lantaran lupa, hal tersebut tidak mengapa namun ketika ia ingat hendaknya ia bersegera mengucapkan ‘bismillahi awwalahu wa aakhirohu”. [7]

Karena jika seseorang lupa membaca tasmiyah maka setan akan ikut serta di dalam memakan makanan tersebut dan hilanglah berkah darinya.

Lalu jika seseorang lupa membaca tasmiyah di awal ia hendak makan, hendaklah ia mengucapkan ‘bismillahi awwalahu wa aakhirohu’ atau ‘bismillah fi awwalihi wa aakhirihi’ (Dengan nama Allah di awal dan akhirnya).

Adapun hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Amr bin al-Ash radliyallahu anhuma, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwasanya apabila dihidangkan makanan, Beliau mengucapkan,

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ بِسْمِ اللهِ

‘Ya Allah, berkahilah kami terhadap apa yang Engkau telah rizkikan kepada kami dan jagalah diri kami dari adzab neraka. Bismillah’. [HR Ibnu as-Sunniy di dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah, ath-Thabraniy dan Ibnu Adiy. Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy: Dla’if jiddan (lemah sekali)]. [8]

Karena derajatnya lemah sekali (dla’if jiddan) maka hadits tersebut tidak dapat dijadikan hujjah. Oleh sebab itu, doa di atas tidak boleh diamalkan/ diucapkan oleh seorang muslim lantaran hadits tersebut bukanlah hujjah yang sharih lagi shahih. Bagi yang tetap mengamalkannya, padahal sudah tahu kedlaifannya maka ia telah berdusta atas nama Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan balasannya adalah siksa api neraka.

Semoga bermanfaat, wallahu a’lam bish showab.


[1] Shahih Sunan Ibnu Majah: 2641, Shahih Sunan at-Turmudziy: 1514 dan Nail al-Awthar bi takhrij ahadits kitab al-Adzkar: 637.

[2] Shahih Sunan Abu Dawud: 3202, Shahih Sunan at-Turmudziy: 1513, al-Kalim ath-Thayyib dengan tahqiq asy-Syaikh al-Albaniy: 183 dan Nail al-Awthar bi takhrij ahadits kitab al-Adzkar: 632.

[3] Mukhtashor Shahih Muslim: 1300, Shahih Sunan at-Turmudziy: 1512, Shahih Sunan Ibnu Majah: 2644, Shahih Sunan Abu Dawud: 3210, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 251, 7958, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 1184, Irwa’ al-Ghalil: 1968, al-Kalim ath-Thayyib: 182 dan Nail al-Awthar bi takhrij ahadits kitab al-Adzkar: 631, 646.

[4] Mukhtashor Shahih Muslim: 1297, Shahih Sunan Abu Dawud: 3200 dan Shahih al-Jami’ ash-Shahih: 519.

[5] Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 4768, al-Kalim ath-Thayyib: 182 dan Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 71.

[6] Nail al-Awthar bi takhrij ahadits kitab al-Adzkar: 657 (I/528-529).

[7] Bahjah an-Nazhirin: II/ 50.

[8] Nail al-Awthar bi takhrij Ahadits Kitab al-Adzkar: 630 (I/ 513).

DOA UNTUK ORANG YANG MEMBERIKAN MAKANAN BERBUKA

Doa apabila berbuka puasa di rumah orang lain

بسم الله الرحمن الرحيم

By Abu Ubaidullah Alfaruq

أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ وَ أَكَلَ طَعَامَكُمُ اْلأَبْرَارُ وَ صَلَّتْ عَلَيْكُمُ اْلمـَلاَئِكَةُ

“Af-thoro ‘indakumush shoo’iifthor shiyammuuna wa akala tho’aamakumul abrooru wa shollat ‘alaikumul malaa’ikah”

((Telah berbuka orang-orang yang shaum/ berpuasa di sisimu, orang-orang yang baik telah memakan makananmu dan para Malaikat mendoakan agar kalian mendapat rahmat)).

Dari Anas radliyallahu anhu berkata, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah datang menemui Sa’d bin Ubadah (radliyallahu anhu). Sa’d datang menjumpai Beliau dengan membawa roti dan minyak zaitun (atau kismis) lalu makan. Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berdoa, “..al-Hadits..”.

[HR Abu Dawud: 3854, Ibnu Majah: 1747, al-Baihaqiy (Syu’ab al-Iman): 6048, an-Nasa’iy dalam Amal al-Yaum wa al-Lail, Ibnu Sunni dalam Amal al-Yaum wa al-Lail dan Ahmad: III/ 118, 138].

Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Shahih Abu Dawud: 3263, Shahih Sunan Ibni Majah: 1418, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 1137, Tahqiq al-Kalim ath-Thayyib: 193 dan Adab az-Zifaf halaman 170.

Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy: Shahih, Lihat Nail al-Awthar bi Takhrij Ahadits Kitab al-Adz-kar: 555.

Berkata asy-Syaikh al-Albaniy rahimahullah, “Ketahuilah bahwa dzikir ini tidaklah terikat pada orang yang shaum/ puasa setelah berbukanya saja. Tetapi dzikir ini sifatnya mutlak. Sabda beliau “Telah berbuka orang-orang yang shaum di sisimu”, bukan dalam bentuk kalimat khabar (pemberitaan), namun merupakan doa untuk orang yang menyediakan makanan sampai-sampai orang-orang yang shaum berbuka di sisinya dan mendapatkan pahala berbukanya mereka”. [Adab az-Zifaf halaman 171].

Wallahu ‘alam bish showab.